Tahapan Perkembangan Moral Kohlberg


Tahapan perkembangan moral Kohlberg dikelompokkan menjadi tiga tingkatan, yaitu pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional.

1. Pra-Konvensional
Pada tingkat konvennsional, individu tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral. Penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal.  Dengan ini, aturan  dikontrol oleh orang lain (eksternal) dan tingkah laku yang baik akan mendapat hadiah serta tingkah laku yang jelek mendapatkan hukuman. Ada dua tahap  didalam tingkatan pra konvensional, yaitu:

Baca juga : Metode-metode dalam psikologi

Tahap I. Orientasi hukuman dan ketaatan
Pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas hukuman dan individu taat karena orang lain menuntut mereka untuk taat.

Tahap II. Individualisme dan tujuan
Pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas imbalan (hadiah) dan kepentingan sendiri. Individu taat bila mereka ingin taat dan yang paling baik untuk kepentingan mereka adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.

2. Konvensional
Pada tahapan, individu menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mempertimbangkan antara pandangan dan harapan masyarakat. Tingkatan konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan moral.

Tahap III. Individu masuk kedalam kehidupan masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang banyaj karena merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut.

Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terimakasih, dan golden rule. Keinginan untuk mematuhi aturan dan otoritas hanya untuk membantu peran sosial yang stereotip.

Baca juga : Jenis dan fungsi neuron

Tahap IV. Tahap ini penalaran moral didasarkan pada kepatuhan akan hukum, keputusan, dan konvensi sosial sebab berguna didalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari sekadar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga tetapi kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi.  Bila individu melanggar hukum, maka secara moral ia bersalah, sehingga celaan menjadi faktor yang signifikan dalam tahap ini karena memisahkan hal buruk dan baik. Hukum harus ditaati oleh semua orang.

3. Pasca-Konvensional
Tingkatan pasca konvensional, dikenal jugha denhan tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu ialah entitas yang terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum perspektif masyarakat. Akibat “hakekat diri mendahului orang lain” ini membuat tingkatan pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku pra-konvensional. Ditahapan ini individu berusaha mendapatkan perumusan nilai-nilai moral dan berusaha untuk merumuskan prinsip-prinsip yang sah.

Tahap V. Tahap ini disebut sebagai Keputusan Moral Berdasarkan Hukum atau Legalitas (Sosial contract orientation). Benar salahnya suatu tindakan didasarkan atas hak-hak individu dan norma-norma yang sudah teruji dimasyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai yang bersifat relatif, maka perlu ada usaha untuk mencapai suatu konsensus bersama.

Tahap VI. Tahap ini disebut Kata Hati atau Nurani Menentukan Apa Yang Benar (The universal ethical principle orientation) Benar salahnya tindakan ditentukan oleh keputusan suara nurani hati. Sesuai dengan prinsip prinsip etis yang bersifat abstrak. Inti dari prinsip etis adalah prinsip keadilan, kesamaan hak, hak asasi, hormat pada harkat ( nilai ) manusia sebagai pribadi. individu bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya.

Baca juga:

Popular posts from this blog

Teori Hierarki Kebutuhan Maslow dalam Psikologi Industri dan Organisasi

Biografi Albert Bandura

Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli